Catatan: Manusia dan Kerinduan

Narasi-narasi, imajinasi atau bahkan fenomena yang menjadi refleksi, puitis mengenai perasaan dll tersimpan kemungkinan-kemungkinan. Ungkapan bagi seseorang mengimajinasikan, merefleksikan atau bahkan mengungkapkan perasaan mengenai apa yang dirasakan, dialami atau semacam ungkapan perasaan ntah itu berupa cinta, benci atau mengenai hidup dan kehidupan. Suatu hal yang hegemonik bisa dikatakan demikian ketika merefleksikan mengenai hidup dengan rujukan imajinasi mengenai samudra, laut, salju sementara si pribadi berada pada kehidupan, kenyataan alam yang menawarkan lingkungan pertanian, sawah, kebun dll atau sebaliknya.

Burung yang beterbangan bisa jadi berkabar pada manusia dengan nada nasehat. Tidak bisakah engkau mengapresiasi alam yang kau pandangi, rasakan getarannya, tempat terjadinya sirkulasi. Bisa jadi juga si Burung ini bernyanyi dengan nyanyian yang berkisah tentang kemesraan burung Bangau dengan Kerbau. Nostalgia nya tentang Bangau dengan Kerbau bersama pak Tani menggarap sawah. Barangkali juga ia merindukan suara suling bambu yang merdu nan indah dari suling legendarisnya pak Tani.

Mungkin pula pengembaraan subjek yang materi itu juga telah banyak berpetualang menyaksikan realitas objektif yang direfleksikan itu atau kekuatan imajinasinya yang tidak percaya pada kondisi ril dimana ia hidup, ia bahkan menyakini ada dunia lain yang oleh karenanya mengimajinasikan lingkungan, alam bahkan ada dunia diluar dunia dimana kakinya berpijak, matanya memandang dan perasaannya merasa.

Sebagaimana cerita sekelompok burung yang mengelilingi semesta untuk mencari seekor burung mitologi yang bernama Simurgh. Dalam kelompok ini terdapat tigah puluh burung yang terus mencari apa yang dicarinya sampai menyusuri semesta sampai mereka harus mengambil resiko menyelam ke kedalaman laut. Dalam pencarian mereka, selalu terjadi percakapan dan berdialog serta seolah melakukan perenungan mengenai yang dicarinya. Hingga sampai pada suatu titik dimana mereka mendapati sebuah kabar yang cukup samar seperti berita itu datang dari diri mereka sendiri. Mereka sampai pada keadaan dan menyadari bahwa apa yang selama ini mereka cari tidak lain adalah diri mereka sendiri.

Si Subjek ini terus berimajinasi hingga kembali memandangi dirinya sebagai manusia yang sedang berdiri ditengah hamparan pepohonan dengan buahnya yang segar disinari cahaya matahari. Hingga terdengar bisikan seolah bercerita kepadanya. Terdengar narasi berupa kisah tentang suatu kampung yang penduduknya makmur dan hidup penuh damai. Salah satu pembabakan cerita itu berkisah tentang penduduk yang menanam padi di sawah secara bersama-sama. Dengan secangkir kopi yang harum ditangannya, si narator bercerita tentang kebersamaan penduduk kampung sangat erat dalam suasana gotong royong saat panen. Ia bahkan merindukan suasana bahagia penduduk kampung yang dirayakan bersama seraya berterima kasih pada sang Maha kuasa.

Share this:

ABOUT THE AUTHOR

Lahir 06 Maret 1995 merupakan alumni Pondok Pesantren Daarul Mu'minin. Sekarang kuliah jurusan Sastra Asia Barat Universitas Hasanuddin angkatan 2013

0 comentários:

Post a Comment