Menjadi Bangsa Rahmatan Lil Alamin


Rahmatan Lil Alamin
Menjadi Bangsa Rahmatan Lil Alamin


Manusia yang dikatakan sebagai hewan berpikir, makhluk sosial serta mempunyai kelebihan diantara makhluk lain yang diciptakan tuhan. Sebagai makhluk yang diciptakan Allah dengan sempurna mempunyai konsekuensi. Konsekuensi sebagai yang niscaya yaitu sebagai hamba dan harus memaksimalkan penghambaannya. Kebenaran yang tidak bisa terbantahkan bahwa kenyataan alam beserta kehidupan bahwa mesti ada yang menciptakannya dan mengatur yang tidak lain adalah Allah Swt. Dia adalah pencipta segala sesuatu dan Dia tidak ada yang serupa dengan-Nya. Allah dalam hal ini Dia yang Maha Esa, tidak wujud selain dirinya dan tidak yang serupa dengan serta mengatur seluruh alam. Aristoteles dari proses intelektualnya mengindentifikasi mesti ada penggerak kemudian ia sebut penggerak yang tidak bergerak.  

Allah menciptakan manusia dengan sebaik-baik bentuk dan memberikan kedudukan terhormat kepadanya di hadapan ciptaan-Nya yang lain. Sehingga sepantasnya manusa menjadi hamba hamba dan menjalankan segala kewajiban dan tiada lain yang diharapakn kecuali keridhaan Allah Swt. Segala aktivitas manusia sebisa mungkin hadir dalam hati dan tertuju kepada-Nya. Tuhan sebagai pembimbing menurunkan al-Quran sebagai pedoman mengakarkan manusia dalam kehidupannya senantiasa mengingat-Nya. Sebagai hamba, manusia harus mengesakan Tuhan dan hanya bergantung kepada-Nya, tidak menyekutukan dan menyerupakannya dengan yang lain.

Manusia mempunyai kelebihan diantara makhluk lain, tetapi antara manusia dengan manusia lain atau antara individu yang lain tidak ada perbedaan dan semua sama kecuali ketakwaannya kepada Allah. Manusia hendaknya menjalin hubungan yang baik antar sesamanya dan tidak saling membedakan antara satu dengan yang lain. Manusia hidup di dunia ini tidak sendirian tetapi ia makhluk sosial yang tidak bisa melangsungkan hidupnya tanpa selainnya. Ia hidup dalam sebuah komunitas bernama masyarakat dan wilayah yang disebut negara. Kenyataan demikian, perkenalan (saling menyapa, tolong-meolong) menjadi penting. Realitas kehidupan pula dalam bernegara khususnya di Indonesia, sebuah negara yang plural (bhineka tunggal ika). Sebagimana pentingnya melihat persamaan agar tidak terjadi konflik antar sesama, menjadi sangat diperlukan kesadaran dan sikap kebangsaan yang mempersatukan kita bersama. Persaudaraan atau persatuan inilah wujud dari tanggung jawab manusia sebagai khalifah yang merupakan representasi terwujudnya keadilan sosial.

 Konsekuensi karena adanya kelengkapan (kesempuraan) dirinya yang diberikan oleh Allah sehingga dijadikannya khalifah dibumi mempunyai kewajiban ataupun tanggung jawab. Juga menjadi akibat dari kesanggupannya menanggung amanah tersebut, yang sebelumnya beberapa makhluk ditawari amanah tetapi enggang menerimahnya. Al-Qur’an hadir membicarakan hubungan yang utuh antara manusia, berbagai makhluk hidup serta alam fisik dan metafisika. Isi dan kandungannya mejadi pedoman dan cara pandang utama bagi penyelamatan jiwa dan pencapaian kebahagiaan serta kesejahteraan manusia dalam kehidupan kini dan nanti. Memberikan informasi tentang jalan yang paling lurus dalam keseimbangan antara perseorangan dan sosial, serta mempersatukannya dengan tali hubungan yang kuat. Disamping itu juga, al-Qur’an hadir mebicarakan konsep alam, mulai dari relasi manusia dengan alam, sampai tata kelola alam dalam menjaga keseimbangan alam dari berbagai aspek. 
Islam Rahmatan Lil Alamin
Hal yang dapat kita temui adalah apa yang dalam al-Qur’an sebagai konsep rahmatan lil alamin. Sifat rahman Allah dipahami oleh ulama, itu diberikan kepada seluruh makhluk didunia ini. Artinya menjadi pemahaman bagi kita untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam, menyayangi dalam menjaga keseluruhan elemen alam agar harmonis dan tidak terjadi kekacauan. Tujuan itu juga merupakan sisi timbal balik terhadap manusia, agar ia bisa melangsungkan hidupnya demi pengabdian kepada Allah swt.

Rahmah berasal dari bahasa Arab ayang asal katanya rahima berarti menaruh kasih atau biasa dipakai kata simpati atau empati. Konsekuensi dari simpati adalah adanya sikap merawat, menjaga. Rahmatan lil alamin dapat dipahami untuk manusia sebagai sikap menyayangi yang terlihat dari sikap menjaga alam. Tidak hanya Karena agama menganjurkan demikian, tetapi memang punya manfaat dan pengaruh luar biasa terhadap keberlangsungan hidup manusia juga. Tidak bisa dipungkiri pula bahwa alam dalam pengertian khusus berupa tumbuh-tumbuhan, hewan tanah, air dll itu diciptakan untuk manusia. Selain sebagai sarana pemenuhan kebutuhan hidup, alam juga merupakan ayat Tuhan yang harus dipahami sebagaimana kita memahami al-Quran. Dari pemahaman itulah akan terwujud keimanan yang mantap kepada Tuhan dan kemantapan diri sebagai manusia yang harus menyebarkan kedamaian di muka bumi. Dari pemahaman inilah akan terbentuk suatu gambaran menyeluruh terhadap alam, bahwa Tuhan menciptakan alam ini dengan maksud-maksud tertentu yang harus kita cari dan teliti. Pencarian makna alam inilah yang melandasi setiap kegiatan penelitian ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan. 

Allah swt. telah mengingatkan bahwa seandainya bukan Karena manusia sendiri yang melakukan kerusakan dibumi niscaya akan diturunkan rahmat. Artinya rusaknya manusia akibat dari pengrusakaannya terhadap alam. Memang ada keterkaitan ibarat lingkaran kehidupan dan demikianlah adanya yang niscaya karena esensinya merupakan ciptaan. Dari kehidupan Rasulullah Saw. kita perlu bertanya ketika beliau ke Thaif (dan beberapa kisah lainnya) dan dilempari batu oleh masyarakat disana yang justru alam lebih tepatnya gunung hadir membela Rasulullah bahwa ada apa dibalik itu. Satu sisi memang Rasulullah dijaga dan sisi lain dan memang adanya beliau tidak hanya menjaga hubungan sesama manusia tetapi ia juga menjaga alam secara keseluruhan  sehingga alam pun respek kepadanya.

Konsep rahmat lil alamin juga perlu menjadi semangat dalam kehidupan bernegara serta masa depan manusia secara global. Dasarnya pun jelas, bahwa agama tidak hanya soal ibadah ritual tetapi juga kehidupan sosial. Terlihat dari ajuran memperhatikan anak yatim, konsep zakat dalam hal keadilan ekonomi, serta perintah Wata’awanu ‘alal birri wattaqwa” yang jelas perhatian dalam stabilitas sosial. Dapat ditemui sebagai hal yang sama semangatnya dalam Pancasila. Bahwa Persatuan Indonesia tidak hanya dilihat dari segi manusia, sosial-budaya, tetapi mencakup geografis lebih jelasnya alam Indonesia. 

Share this:

ABOUT THE AUTHOR

Lahir 06 Maret 1995 merupakan alumni Pondok Pesantren Daarul Mu'minin. Sekarang kuliah jurusan Sastra Asia Barat Universitas Hasanuddin angkatan 2013

0 comentários:

Post a Comment